DENPASAR, BALI EXPRESS – Pada masa yang serba susah dan serba kekurangan ini, sebagian orang masih tetap bertahan dan berusaha mengais rezeki. Meskipun tak seberapa yang dihasilkan, mereka tetap berjuang untuk menghidupi keluarga. Terpuruknya kondisi ekonomi saat ini tak lantas menyurutkan semangat mereka untuk bekerja.
Dari penelusuran Bali Express (Jawa Pos Grup) di Pasar Badung, tampak beberapa tukang suwun terduduk di pojokan lantai satu Pasar Badung. Waktu masih sangat pagi untuk mereka beristirahat. Mereka duduk bukan untuk bersantai atau melepas penat, melainkan tak ada pembeli yang barang belanjaanya ingin dibawakan. Mereka pun mengakui kondisi saat ini sangat sepi. Pendapatan mereka menurun. Mereka pun kebingungan kalau dalam sehari tidak mendapat upah nyuwun.
Salah satu tukang suwun Made Karyawati mengaku kondisi pasar saat ini sangat sepi. Ia dan teman-temannya hanya bisa pasrah. “Sekarang sepi sekali. Beda dengan dulu. Dari pagi saya belum dapat nyuwun. Saya sudah keliling, tapi gak dapat. Karena memang yang belanja sudah sepi juga,” ucapnya saat ditemui di Pasar Badung, Selasa (21/4).
Perempuan yang akrab disapa Meme Karya ini tak pantang mundur. Walau dalam kondisi sulit, Meme Karya yang sudah 25 tahun menjadi tukang suwun tetap bertahan demi sesuap nasi dan juga menghidupi ipar dan kepoakan di kampung yang tidak bekerja. “Kalau saya tidak kerja, saya mau makan apa. Saya tidak punya pilihan lain, selain tetap harus nyuwun setiap harinya. Saya juga punya ipar dan keponakan yang harus ditanggung. Karena mereka tidak dapat pekerjaan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Meme Karya yang hidup sendiri tanpa anak dan suami ini selalu berjuang untuk mendapatkan upah, walau sedikit. Menurutnya, sekecil apapun yang ia terima, itu adalah rejeki yang diberikan kepadanya. “Kadang saya pulang tanpa uang. Terpaksa saya tidak makan. Kadang saya makan masakan sisa kemarin. Kadang juga nasinya sudah basi saya makan juga, biar tidak kosong saja perut saya,” tuturnya dengan suara parau.
Di sisi lain, hal yang sama juga dialami Sudarti. Tukang suwun asal Klungkung ini kadang juga tak dapat upah. “Saya juga kadang gak dapat uang. Sedangkan anak-anak saya butuh makan dan biaya sekolah. Saya hanya mengandalkan pekerjaan ini. Sepi,” katanya sambil nyuwun keranjang.
Para tukang suwun ini pun berharap adanya perhatian lebih dan uluran tangan dari pemerintah maupun pihak swasta. Ketika ada pembagian sembako, terkadang tidak merata. “Kami butuh dilindungi. Terima kasih sudah memberikan masker dan juga alat tutup wajah. Tapi selain itu, yang paling kami butuhkan adalah kebutuhan pokok. Kadang ada yang dapat lebih, dan yang lainnya jadi gak kebagian. Tolonglah diratakan,” pinta Meme Karya.
"makan" - Google Berita
April 21, 2020 at 07:12PM
https://ift.tt/3akBphC
Makan Nasi Basi untuk Bertahan Hidup di Tengah Badai Korona - Jawa Pos
"makan" - Google Berita
https://ift.tt/2Pw7Qo2
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Makan Nasi Basi untuk Bertahan Hidup di Tengah Badai Korona - Jawa Pos"
Post a Comment